Tetap Termotivasi Walaupun Tidak Ada Motivasi, Hah?

Dalam fase hidup yang semakin hari semakin cepat dan kompetitif, hal yang bisa kita andalkan untuk terus melakukan yang terbaik di setiap pekerjaan kita adalah motivasi dalam diri. Walaupun begitu, motivasi tidak selalu ada sehingga terkadang sulit untuk kita melakukan hal-hal yang harus kita lakukan.

Artikel ini membahas bagaimana kita bisa selalu termotivasi walaupun sedang tidak ingin melakukan kewajiban apapun – belajar, bekerja, atau lainnya.

Photo by Kate Stone Matheson on Unsplash

Kita semua pasti pernah berada di dalam sebuah situasi di mana kita tidak ingin mengerjakan tugas, bersungut-sungut menulis laporan, atau setengah hati memenuhi tanggung jawab yang dimiliki. Ada juga hari-hari di mana energi kita terkuras habis sehingga untuk bangkit dari tempat tidur menjadi hal yang sulit dilakukan.

Fluktuasi adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan hal tersebut, dan itu adalah bagian dari kehidupan kita. Tapi, apakah kita akan diam saja dan tidak berusaha untuk tetap menuntaskan pekerjaan kita bahkan ketika kita tidak punya motivasi?

Sebelum kita membahas perihal motivasi lebih dalam, aku akan sedikit bercerita tentang temanku yang adalah seorang penari. Beberapa waktu yang lalu aku berkesempatan untuk mendengar kisah perjalanannya dalam dunia tari.

Dia sudah menari selama hampir 11 tahun. Selama menggeluti bidang seni ini, tentu saja banyak fluktuasi yang dia alami.

Beberapa tahun pertama dia berlatih, dia hanyalah seorang junior di dalam timnya. Tidak ada perlombaan atau pertunjukkan tari menarik yang bisa diikuti. Bahkan untuk menjadi anggota di tim inti sebuah kelompok tari ternama saja, dia belum memiliki cukup keahlian.

Lalu aku bertanya, bagaimana caranya dia bisa mencapai titik di mana dia sekarang berada? Jawabannya sangat menarik dan membekas di pikiranku.

Photo by Ahmad Odeh on Unsplash

“Dari begitu banyak sesi latihan, akan selalu ada hari-hari di mana aku tidak punya motivasi. Tubuhku lelah, perasaanku tidak siap, pikiranku kacau, dan sebagainya. Akan selalu ada momen-momen dalam hidup di mana hal yang sangat penting bagiku terasa seperti sebuah pekerjaan keras yang butuh tenaga ekstra untuk dilakukan.

Tapi latihan akan selalu diadakan, tidak peduli aku ingin berlatih atau tidak. Jadi, aku harus mencari solusi untuk mengatasi emosi yang tidak bersemangat. Aku mencoba membentuk sebuah rutinitas latihan, sebelum sesi dimulai.

Aku datang ke studio paling tidak satu jam sebelum sesi berlangsung. Lalu aku mendengarkan musik menggunakan headset dengan volume kencang, dan berjalan mengelilingi studio. Lagu-lagu yang aku dengarkan adalah yang menjadi kesukaanku saat itu.

Ketika sudah merasa cukup dengan berjalan, aku akan mulai meregangkan bagian tubuh satu per satu. Dari kepala sampai kaki. Kalau sudah, aku melakukan sebuah metode latihan yaitu improvisasi.

Improvisasi berarti aku bergerak untuk memberikan respon terhadap musik, perasaan, lingkungan sekitar, ide, dan sebagainya. Misalnya saat aku sedang marah, mungkin aku akan memilih lagu metal dan kemudian tubuhku mengeksekusi gerakan-gerakan tajam dan penuh energi.

Kakiku bisa menginjak lantai dengan keras, bahkan menendang-nendang seenaknya sendiri. Intinya, aku mengekspresikan perasaan dan menuangkankan pikiranku di momen itu. Setelah itu, aku kembali berjalan untuk menetralkan aliran nafas tubuh dan beristirahat sebentar supaya tidak terlalu  lelah ketika berlatih di sesi yang sebenarnya.

Aku biasanya menghabiskan waktu 25 sampai 30 menit untuk melakukan rutinitas ini, dan aku selalu melakukannya dengan cara yang sama sebelum latihan. Yang berbeda hanyalah isi hati dan kepalaku.

Ketika latihan benar-benar dimulai, aku pun memiliki mental state yang siap. Istilah yang cocok mungkin adalah “practice mode”. Walaupun datang dengan wadah motivasi yang kosong, aku berhasil mengisi wadah itu secara perlahan. Akhirnya, aku punya semangat dan fokus penuh untuk berlatih.”

Coba bayangkan kalau kita juga punya rutinitas yang dapat menarik kita ke “mode latihan”, “mode belajar”, atau “mode kerja”, tidak peduli seberapa kecil motivasi yang kita punya awalnya.

Kalau aku merenungkan cerita temanku itu lebih lagi, aku sadar bahwa sebenarnya banyak orang juga melakukan hal yang sama: membentuk rutinitas masing-masing. Misalnya aktor atau pembawa acara TV yang menghafalkan narasi sebelum proses rekaman, dan lain-lain.

Aku yakin bahwa orang-orang keren di dunia tidak selalu merasa termotivasi. Ada beberapa hari ketika mereka bangun dengan perasaan tak berdaya. Tapi, mereka berusaha untuk menarik diri ke kondisi mental yang benar, terlepas dari apa yang mereka rasakan hari itu.

Jadi, kita bisa menggunakan cara yang sama untuk mengatasi ambang motivasi dan bekerja, belajar, berolahraga, atau melakukan tugas penting lainnya secara konsisten.

Sekarang pertanyaannya adalah, langkah apa yang bisa kita ambil untuk membangun rutinitas kegiatan agar kita bisa memiliki kondisi mental yang benar setiap kali harus menuntaskan tanggung jawab?

3 Langkah Membangun Rutinitas Kegiatan

1 - Mulai rutinitas dengan cara yang mudah, semudah itu sampai kita tidak bisa menolaknya

Kita harus memastikan bahwa kita tidak perlu punya motivasi untuk memulai rutinitas. Misalnya rutinitas menulis yang dimulai dengan meminum segelas kopi hitam panas. Ini adalah hal yang sangat mudah.

Bagian terpenting dari setiap tugas adalah MEMULAI. Jika kita tidak bisa mengumpulkan motivasi di awal, maka kita akan menemukan bahwa motivasi seringkali datang setelah kita memulai.

Itulah mengapa rutinitas yang kita bentuk harus memiliki awal yang sangat mudah untuk dilakukan.

2 - Rutinitas harus mendorong kita maju menuju tujuan akhir

Langkah ini cukup sulit untuk dijelaskan tapi aku akan mencoba menjelaskannya sebaik mungkin. Seringkali, rutinitas kita mengharuskan kita untuk bergerak.

Tapi, kalau kita tidak punya motivasi, tentu saja sangat susah untuk melakukan hal itu. Membayangkan tubuh kita bergerak saja rasanya sudah sangat menyebalkan, apalagi harus benar-benar bergerak.

Apa maksudnya?

Pernahkah kamu menyadari ketika kamu tidak punya motivasi, tubuhmu tidak terlalu banyak bergerak? Mungkin kamu duduk di sofa, selonjoran di kasur, sambil main handphone selama berjam-jam. Sebaliknya, kalau kamu secara fisik aktif bergerak, itu adalah momen di mana kamu punya energi besar untuk melakukan sesuatu.

Di langkah yang pertama, aku bilang bahwa rutinitas kita harus mudah untuk dimulai. Setelah itu, rutinitas kita juga harus secara perlahan membawa kita bergerak secara fisik lebih banyak. Akhirnya, pikiran dan hati kita berubah, dan wadah motivasi kita akan terisi.

Gerakan fisik yang aku maksud tidak selalu harus berarti olahraga. Misalnya tujuanmu adalah untuk menulis, maka rutinitasmu seharusnya membawa kamu lebih dekat ke tindakan menulis yang aktif secara fisik.

3 - Kita harus mengikuti pola rutinitas yang sama setiap waktu

Langkah terakhir adalah untuk secara disiplin mengikuti pola rutinitas yang sama dari waktu ke waktu. Ketika kita tidak punya motivasi, seringkali kita bertanya apa aktivitas yang bisa kita lakukan, terlepas dari kenyataan bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dituntaskan.

Tapi ketika kita dihadapkan dengan sebuah pilihan kegiatan, kita malah memutuskan untuk berhenti begitu saja dan akhirnya kembali selonjoran untuk bermalas-malasan.

Jadi ketika kita punya sebuah pola rutinitas, kita harus dengan disiplin mengikutinya supaya kita tahu persis apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Kita juga tidak akan membuat banyak alasan untuk tidak melakukannya.

Photo by Drew Beamer on Unsplash

WE CAN DO IT!

Dalam hidup, kita tidak selalu memiliki motivasi untuk melakukan berbagai macam hal. Namun, kita bisa berusaha untuk memiliki mentalitas yang benar supaya kita bisa merasa termotivasi dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas kita, bahkan di saat kita sangat tidak ingin melakukannya. Untuk mencapai titik mentalitas yang dimaksud, kita bisa menerapkan 3 hal yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas.

Previous
Previous

5 Reasons to be an Architect!

Next
Next

5 Cara Hindari dan Atasi BURNOUT!