7 Ketakutan yang Menahan Kreativitas dan Cara Mengatasinya

Everyone is creative.

Apakah sebelumnya kamu pernah mendengar atau membaca kutipan di atas? Mungkin kalau kita melihat anak-anak kecil, kita setuju dengan pernyataan tersebut. Namun, jika kita bercermin, kita akan kehilangan kepercayaan diri.

Kita merasa bahwa masa-masa kreatif itu hanya akan dialami oleh anak kecil atau remaja. Kita beranggapan bahwa kreativitas kita lenyap.

Photo by Fares Hamouche on Unsplash

Faktanya, kita salah besar. Seorang psikolog bernama Will Schutz mengatakan bahwa ketakutan adalah penghalang terbesar bagi kreativitas seseorang. Artinya, kita akan cenderung untuk menghindari konsekuensi dari ketakutan tersebut. Pada akhirnya, kita menahan diri untuk melakukan sesuatu yang baru atau menciptakan sebuah karya yang otentik.

Walaupun demikian, terlepas dari usia dan pekerjaan kita saat ini, kita ingin untuk menjadi sosok yang kreatif. Inovasi merupakan suatu hal yang dikagumi oleh semua orang.

Lalu, apa saja ketakutan yang selama ini menahan diri kita untuk menjadi kreatif? Berikut adalah 7 ketakutan yang umumnya kita alami.

1 - Ketakutan untuk menjadi orang yang tidak kreatif

Apakah kamu percaya bahwa kamu tidak kreatif? Ketakutan ini menandakan bahwa kita telah menciptakan definisi diri yang mengecualikan kemungkinan bahwa kita kreatif.

Tanpa sadar, kita melihat diri dengan cara yang terlalu rasional. Kita juga mungkin sering mengatakan hal-hal seperti, “Aku tidak punya jiwa kreatif sejak lahir.”

Umumnya, orang-orang yang punya ketakutan ini memiliki kebiasaan untuk tidak menyadari hal-hal kreatif yang mereka lakukan. Mereka selalu mengabaikan kreativitas mereka dan menganggap bahwa perilaku mereka merupakan hal biasa.

Contohnya, ada seorang perempuan yang lipstiknya sedang habis. Dia tidak mampu membeli lipstik yang baru pada saat itu. Namun, penampilan merupakan hal yang sangat penting baginya.

Akhirnya, dia menggunakan kuas untuk menggabungkan sisa dua lipstik lama miliknya menjadi kombinasi warna baru. Bahkan, dia berhasil melakukan hal itu selama satu minggu. Tanpa disangka-sangka, dia menerima banyak pujian tentang warna lipstiknya.

Kreativitas yang dimiliki oleh perempuan itu akan terlihat tidak nyata apabila dia memiliki ketakutan untuk menjadi orang yang tidak kreatif. Dia sudah mendefinisikan dirinya sebagai orang tanpa kreativitas dan akan berasumsi bahwa apa yang dia lakukan terhadap lipstiknya merupakan sebuah respon yang bodoh atau sepele.

Bagaimana cara mengatasinya?

Kita bisa mendefinisikan kreativitas kita seluas mungkin. Banyak cara yang bisa kita lakukan, misalnya melihat bagaimana cara kita mengatasi sebuah kesulitan. Dari sana, kita bisa mencari tahu seberapa kreatif diri kita sesungguhnya.

Apakah kamu mampu memasak makanan yang enak tanpa memiliki semua bahan yang ditulis di resep?

Apakah kamu bisa memperbaiki komputer yang sedang bermasalah?

Apakah kamu bisa membuat spreadsheet dari nol?

Bila ya, kamu adalah orang yang kreatif! Kamu mungkin bukan seorang seniman visual, tapi bukan berarti kamu tidak sekreatif mereka.

2 - Ketakutan untuk gagal

Sepanjang hidup, kita sering menerima kritikan saat kita melakukan kesalahan. Entah itu kritikan yang biasa saja atau pedas, kita menjadi pribadi yang takut gagal. Kita memiliki api yang menggebu-gebu untuk menjadi sempurna.

Ini merupakan hal yang lumrah. Kegagalan mungkin memiliki konsekuensi yang besar. Misalnya, gagal ujian bisa membuat kita tidak naik kelas, atau gagal menuntaskan sebuah proyek bisa membuat kita kehilangan mata pencaharian.

Apakah kamu adalah salah satu orang yang punya banyak ketakutan untuk gagal? Tidakkah kamu ingat bahwa inovator dan pengusaha besar di dunia sering melakukan kesalahan? Mereka setia untuk bertahan dalam menghadapi kegagalan, karena mereka tahu bahwa satu-satunya cara untuk dapat melakukan sesuatu hal yang baru adalah dengan belajar mengatasi kegagalan.

Photo by Michael Dziedzic on Unsplash

Bagaimana cara mengatasinya?

Fail, fail again, fail better.

Mulai dengan menyebutkan hal-hal yang kita lakukan sebagai eksperimen dari kegagalan. Kita bisa mendefinisikan ulang kesuksesan sebagai sebuah proses eksplorasi dan pembelajaran. Kesuksesan itu bukanlah hasil. Dengan begitu, rasa ingin tahu kita akan bertumbuh.

Ingatlah bahwa kesalahan bisa mengarah pada hasil terbaik. Siapa yang bisa menyangka, inovasi mungkin disebabkan oleh kegagalan?

3 - Ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui

Umumnya, kreativitas mengharuskan kita untuk tidak mengetahui dengan jelas tentang bentuk akhir dari karya kita. Gambar, program komputer, bisnis baru, desain, atau resep makanan yang kita buat seringkali memiliki bentuk yang tidak terduga.

Karya yang sangat mengagumkan biasanya merupakan yang terjauh dari hasil percobaan pertama. Oleh karena itu, kita harus bersedia untuk melakukan perjalanan kreativitas di mana kita melepaskan ide-ide yang sudah terbentuk sebelumnya lalu pergi ke tempat-tempat yang belum pernah kita jelajahi.

It’s okay to get lost and find new ways to create.

Bagaimana cara mengatasinya?

Biasakan diri untuk melakukan sesuatu tanpa rencana. Misalnya sebagai berikut.

  • Mengunjungi toko, museum, atau galeri.

  • Berjalan-jalan di lingkungan baru tanpa peta.

  • Mengecat rambut sendiri.

  • Mencoba makan di restoran yang belum pernah dihampiri sebelumnya.

  • Melakukan aktivitas fisik yang meningkatkan adrenalin, seperti skydiving, snorkeling, atau scuba diving.

Photo by Sebastian Pena Lambarri on Unsplash

Kita akan melihat dunia dengan cara yang berbeda dan mata kita akan terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan menemukan kesenangan dalam aktivitas baru, kita bisa mulai melepaskan kendali di beberapa bagian hidup kita, yang sebelumnya kita atur dengan sangat ketat.

4 - Ketakutan untuk dihakimi

Penilaian orang lain bisa menjadi hal yang menyakitkan. Kadang-kadang, kita merasa tidak dihargai atau diabaikan.

Biasanya, cara untuk menghindari penghakiman orang lain adalah dengan tidak melakukan apa pun. Hanya saja, dengan melakukan hal tersebut, kita tidak akan berkembang menjadi orang yang lebih baik. Kita bahkan menyia-nyiakan potensi besar yang ada dalam diri.

Berita baiknya adalah, kritik terburuk untuk kita mungkin adalah pikiran kita sendiri. Kritik batin kita yang memberi makan rasa takut, sehingga kita mencari cara untuk aman dari penilaian orang lain. Tentu saja hal itu bisa menghentikan kita dari hal-hal baru.

Bagaimana cara mengatasinya?

Jangan terlalu cepat menilai hasil karya kita. Saat kita berkreasi, biarkan diri mencoba berbagai hal dan biarkan kreativitas mengalir. Keep things moving along the process!

Setelah karya selesai, baru saatnya kita mengedit atau melakukan perbaikan supaya hasil karya tersebut bisa ditingkatkan. Saat mengevaluasi karya, kita wajib berhati-hati dengan bahasa yang kita gunakan.

Perlakukan diri dengan baik dan hindari kritik yang tidak masuk akal. Sebaliknya, cari tahu hal spesifik yang bisa diperbaiki. Informasikan kepada diri sendiri dengan cara yang lembut.

Photo by Giulia Bertelli on Unsplash

5 - Ketakutan akan penolakan

Kita tidak suka ditolak. Kita takut ditolak. Ini bukanlah sebuah fakta yang mengherankan, karena kesepian telah terbukti mempengaruhi kesehatan mental dan fisik kita sebagai makhluk sosial.

Dari kecil, kita selalu diajarkan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Akhirnya, orang-orang kreatif seringkali dianggap aneh.

Dalam sejarah, banyak sekali perintis di dunia yang disingkirkan hanya karena mereka menentang hal-hal umum di masyarakat. Contohnya Van Gogh, salah seorang seniman yang paling dikagumi di dunia, namun hanya menjual satu lukisan selama hidupnya.

Bagaimana cara mengatasinya?

Kreativitas butuh keberanian!

Berkaryalah selangkah demi selangkah. Jangan takut untuk mengambil risiko yang berada di luar lemari kreativitas kita. Kita juga bisa memilih orang-orang yang selalu mendukung apa yang kita kerjakan, ketika kita memulai membuat sebuah karya baru.

Saat kita punya keyakinan bahwa karya kita belum ditolak, kita bisa secara bertahap memperluas lingkaran orang yang menikmat kreasi kita sampai kita tidak perlu lagi menyembunyikannya.

6 - Ketakutan untuk menunjukkan jati diri

Kreativitas terkadang bisa membuat kita merasa rentan jika ditujukan kepada orang lain. Semakin keras kita mengerjakan sesuatu, maka semakin jauh kita menjangkau zona nyaman dan semakin berisiko pula rasanya untuk membuka zona tersebut terhadap kritik orang lain.

Photo by Ahmed Nishaath on Unsplash

Bagaimana cara mengatasinya?

Di saat kita takut untuk melakukan sebuah pekerjaan, di saat itulah kita harus yakin untuk melakukannya. Daripada terjebak dalam ketakutan, tanya diri akan mengapa pekerjaan itu penting.

Apa tujuan awal kita ingin membuat karya tersebut? Apa yang membuat kita berapi-api untuk menuntaskan pekerjaan itu? Fokuslah pada tujuan dan alasan.

Jika kita menemukan jawabannya, kita akan kembali menemukan bahan bakar yang bisa menaklukkan rasa takut.

7 - Ketakutan untuk mengambil langkah pertama

Memulai sesuatu adalah bagian tersulit. Sebelum kita memulai, rasa antisipasi membuat rasa takut bergejolak. Padahal, kita belum benar-benar melakukan apapun.

Hasilnya, kita akan menunda segala perencanaan yang sudah ada di kepala sejak lama. Mimpi-mimpi yang kita tuliskan di buku catatan hanyalah wacana.

Hal ini bahkan juga terjadi pada orang-orang terkenal di dunia. Seorang penulis bernama Douglas Adams meminta editor bukunya untuk mengurungnya di kamar hotel selama tiga minggu agar dia bisa menulis ‘So Long and Thanks for all the Fish’, yang merupakan buku keempat dari seri ‘The Hitchhiker’.

Bagaimana cara mengatasinya?

Disiplin untuk memulai adalah kunci utama untuk mengatasi ketakutan ini. Tuliskan saja apa yang muncul di kepala kita, bahkan jika ide itu terkesan tidak masuk akal.

Jangan terlalu mengkhawatirkan kualitas pekerjaan, tapi mulai saja terlebih dahulu.

Kalau kamu adalah seorang pelukis, segera ambil kuas dan cipratkan sesuatu di kanvas. Jika kamu adalah seorang pianis, mainan nada dasar apapun pada instrumen andalanmu. Jika kamu adalah seorang programmer, carilah solusi untuk sebuah permasalahan, bahkan jika kamu berpikir itu tidak akan berhasil.

Jangan mengantisipasi masalah, tapi bergulatlah dengannya!

LEPASKAN SEGALA KETAKUTAN!

Yuk bersama-sama merangkul kreativitas yang sudah ada di dalam diri kita.

Previous
Previous

How to Make Your CV Stand Out and Get You an Interview

Next
Next

5 Tips to Make Friends