3 Pola Pikir yang Bisa Membuatmu Sukses!

Kita seringkali didorong untuk memiliki cara berpikir baru yang positif dan penting supaya bisa mencapai keberhasilan dalam hidup. Saya yakin kita semua percaya bahwa untuk mencapai kesuksesan besar dalam hidup, diperlukan pola pikir yang baik.

Cara kita berpikir mempengaruhi hasil pekerjaan kita, bukan sebaliknya. Apa yang kita pikirkan menentukan keputusan dan tindakan kita. Bahkan, setiap perilaku, kebiasaan, dan suasana hari kita merupakan cerminan dari pola pikir kita. Artinya, kita bertanggung jawab penuh atas kehidupan yang kita jalani.

Sebelumnya, apa arti kesuksesan untukmu? Saya percaya bahwa paling tidak ada cakupan kesuksesan finansial dan pencapaian pribadi di dalamnya. Apapun artinya bagimu, hanya kamu yang tahu ketika kamu telah berhasil mencapai tujuan itu.

Tapi kalau kita bahas sedikit lebih dalam lagi, bukankah kesuksesan memiliki makna yang lebih luas dari nominal gaji yang tinggi, gelar yang membanggakan, dan jabatan yang bermartabat? Bukankah kesuksesan juga mencakup perasaan puas atas diri sendiri dan bagaimana kita bisa membuat keputusan dengan baik?

Pikirkan sejenak pertanyaan saya. Jika kamu sependapat, maka kamu juga setuju bahwa kesuksesan dimulai dengan penguasaan pola pikir.

Photo by name_ gravity on Unsplash

Pola pikir adalah kunci yang membedakan mereka yang berhasil dan yang tidak. Jadi jika kamu ingin sukses, kamu harus mengubah pola pikirmu.

Ketika kamu mengubah pemikiran, kamu mengubah tindakan. Ketika tindakanmu berubah, hasil yang kamu peroleh juga pasti akan berubah. Dengan kata lain, apa yang kamu pikirkan akan menjadi kenyataan.

Apakah kamu sudah siap menyingkirkan pola pikir yang buruk dan menggantinya dengan pola pikir yang baik? Apa saja pola pikir yang bisa kamu tanamkan dalam diri supaya bisa meraih kesuksesan dalam hidup?

Berikut 3 cerita inspiratif dari tokoh-tokoh terkenal di dunia, beserta dengan pola pikir yang membawa mereka kepada titik keberhasilan.

#1 - Kita SELALU punya pilihan

Tahukah kamu seorang tokoh bernama Ursula Burns yang dibesarkan oleh seorang janda di New York pada tahun 1960-1970an? Jika kita kilas balik ke masa itu, kita setuju bahwa dia lahir dengan 3 hal yang membahayakan dirinya sendiri: berkulit hitam, miskin, dan perempuan.

Ibu Ursula bekerja keras, berhemat, dan menabung untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun lebih dari itu, dia juga tidak pernah berhenti mengingatkan mereka bahwa kondisi mereka saat itu tidak menentukan sisa hidup mereka. Mereka selalu punya pilihan dan bisa melakukan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.

Ursula memiliki niat dan komitmen yang sangat tinggi untuk masuk ke sekolah teknik di Brooklyn Polytechnic School. Hampir semua pelajar di sekolah tersebut adalah laki-laki berkulit putih yang kaya.

Dia sadar bahwa dia memiliki banyak hal yang harus dikejar, baik dari sisi akademis maupun sosial. Dengan tekad dan kegigihannya, dia lulus dari sekolah itu dan berhasil menjadi CEO Xerox. Dia bahkan mengubah perusahaan yang dulunya gagal, kembali beroperasi dengan maksimal dan memperoleh keuntungan.

Ursula juga menjabat sebagai kepala STEM Education Coalition di bawah Presiden Obama dan telah menjadi dewan di beberapa perusahaan terbesar di dunia, seperti Exxon Mobil, Uber, dan VEON.

Photo by Alexander Schimmeck on Unsplash

Terinspirasi oleh ibunya, Ursula mengembangkan pola pikir yang kita kenal dengan sebutan growth mindset, yang pada dasarnya adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki kendali penuh untuk bertanggung jawab atas hidup mereka.

Ursula menyadari bahwa dia tidak bisa memilih di mana dia dilahirkan, jenis kelamin, seberapa kaya keluarganya, apa warna kulitnya, dan hal-hal lain yang tidak bisa dikontrol. Tapi dia tahu bahwa terlepas dari semua situasi itu, dia selalu bertanggung jawab atas hidupnya.

Alih-alih mendefinisikan dirinya sebagai orang yang sial, Ursula membalikkan keadaan dan menjadikan hidupnya sebagai cerita yang menginspirasi banyak orang.

Jadi, bukan salah kita jika kita terlahir dengan situasi dan kondisi yang tidak mengenakkan. Tapi kita bertanggung jawab penuh untuk mencari tahu bagaimana kita bisa menghadapi situasi dan kondisi itu.

Ingatlah bahwa kita selalu punya pilihan.

#2 - Melihat dunia apa adanya, bukan berdasarkan apa yang kita inginkan

Pola pikir yang kedua bisa kita pelajari dari seorang tokoh bernama Dr. Patrick Brown, seorang vegan yang tidak makan daging sejak lama.

Dia sangat mempercayai standar moral veganismenya dan menganggap hal tersebut adalah benar. Tapi di sisi lain, dia memahami bahwa dia tidak bisa mengubah perilaku orang lain dengan mengacu pada moral pribadinya.

Dia tahu bahwa dia tidak akan bisa mengajarkan kepada orang lain tentang apa yang dia percayai dan membujuk mereka untuk melakukan hal yang sama. Alih-alih mengajak semua orang untuk menjadi vegan, dia memutuskan untuk menarik perhatian mereka melalui selera makan.

Dr. Brown bertujuan untuk mengganti semua produksi daging hewani pada tahun 2035. Untuk mencapai tujuan itu, dia mencoba menciptakan makanan vegan yang rasa, tampak, dan baunya lebih enak daripada daging asli. Makanan tersebut juga akan dijual dengan harga yang sama atau lebih murah dari daging asli.

Dia juga memulai sebuah perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan daging tiruan tanpa menggunakan produk hewani sama sekali. Daging tersebut sama dengan daging asli dalam segala aspek, baik dari segi penampilan, tekstur, bau, dan rasa.

Photo by Marco Bianchetti on Unsplash

Coba bayangkan jika Dr. Brown memilih untuk mengoceh tentang berapa tidak etisnya makan daging serta menjatuhkan penilaiannya pada orang lain dengan emosi dan amarah. Tentu saja tidak akan ada orang yang mendengarkannya. Dia juga tidak akan membuat dampak positif di dalam kehidupannya.

Sangatlah penting untuk kita selalu melihat dunia sebagaimana adanya. Jangan memaksakan apa yang kita anggap benar. Karena justru dengan memaksakan idealisme kita, kita akan terhambat untuk membuat perubahan dan memberi dampak.

#3 - Mendefinisikan kesuksesan secara internal, bukan eksternal

Amada Rosa Pérez adalah seorang model dari Kolombia yang melakukan beberapa pemotretan di tempat-tempat terindah di dunia. Dia terbiasa dengan perhatian publik, ketenaran, dan uang.

Di puncak karirnya pada tahun 2005, Amada menghilang secara tiba-tiba dan misterius. Banyak orang menduga hal-hal buruk terjadi pada Amada. Namun ternyata, 5 tahun berikutnya, Amada muncul kembali dan mengumumkan bahwa dia pensiun sebagai model untuk bekerja dengan komunitas miskin di Kolombia.

“Saya bosan dengan penampilan, kepalsuan, dan dunia yang mengagungkan kekayaan.”

Dia pun mengaku bahwa setelah pensiun, dia hidup dengan lebih damai dan mampu menikmati setiap momen yang dia lewati.

Photo by Lesly Juarez on Unsplash

Dari perjalanan hidup Amada, saya belajar bahwa makna nyata dalam hidup ini lebih dari sekadar kenyamanan dan kesenangan. Itulah mengapa mulai saat ini, penting untuk kita bisa mencari arti hidup yang lebih dalam dari apa yang kelihatan di luar.

Our life is so much more than it appears!

KESIMPULAN

Memiliki pola pikir yang baik adalah sesuatu yang harus dilakukan secara konsisten sampai menjadi kebiasaan mutlak. Setiap kesuksesan dalam hidup memerlukan dedikasi, komitmen, dan kemauan tinggi. Jika tidak ada yang berubah, tidak akan ada kemajuan yang kita alami. Akhirnya, tidak ada keberhasilan yang kita benar-benar capai.

Untuk bisa mengubah hidup, kita harus mengembangkan pola pikir yang baik dan benar. Semuanya berawal dari pemikiran kita. Ingat, kesuksesan bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja tetapi sesuatu yang kita ciptakan. Selamat berproses dan semoga sukses!

Previous
Previous

Why is Feedback Important?

Next
Next

Jangan Lewatkan Sarapan!