5 Alasan Kamu Gagal Membangun Kebiasaan Baru

Hari di mana aku menulis artikel ini adalah beberapa hari sebelum bulan April 2022 tiba. Saat kamu membaca, mungkin waktu sudah berjalan jauh lebih cepat dari yang aku bayangkan. Mungkin sekarang sudah bulan Juni, atau bahkan Desember.

Bulan demi bulan kita lalui, apakah resolusi tahun baru yang kita buat di bulan Januari kemarin masih berlaku hingga saat ini? Apakah api yang kita sulut di awal tahun masih membara di detik ini?

Photo by Joshua Rawson-Harris on Unsplash

Kenyataan pahit harus kita terima, bahwa paling tidak 8 dari 10 kali, kita lebih cenderung untuk kembali ke kebiasaan dan pola hidup yang lama daripada konsisten menjalankan rutinitas perilaku baru.

Membangun kebiasaan yang berbeda itu sulit. Namun, mengapa demikian? Apa alasan di balik kegagalan yang kita buat setiap kali kita ingin berubah? Lalu apa solusinya agar kita bisa membuat perubahan yang baik dengan lebih mudah?

ALASAN 1: Kita mencoba untuk mengubah semua hal sekaligus

Pernahkah kamu sibuk berjuang membangun beberapa kebiasan dalam satu kurun waktu yang sama? Kamu fokus akan banyak perilaku dan kegiatan baru yang menurutmu harus dituntaskan saat itu juga.

Beberapa waktu setelah mengusahakan perubahan tersebut, kamu lelah dan penat. Apalagi jika kamu belum melihat hasil yang signifikan dari setiap usaha yang kamu tuangkan.

Entah itu kebiasaan kecil atau besar yang hendak ubah, kamu pun akhirnya menyerah. Aku pernah mengalami hal ini, dan aku sadar bahwa cara seperti itu tidak efektif untuk membentuk perilaku baru.

Secara pribadi, aku lebih memilih untuk fokus membangun sebuah kebiasaan baru di dalam kehidupan sehari-hari. Setelah aku berhasil menjadikan kebiasaan itu sebagai rutinitas, aku akan memindahkan perhatianku kepada target kebiasaan baru berikutnya.

Contohnya, selama 4 bulan aku fokus untuk makan makanan yang lebih bernutrisi paling tidak 5 hari dalam satu minggu. Setelah periode waktu yang aku tentukan, makan sehat terasa seperti rutinitas biasa yang tidak perlu usaha ekstra untuk dilakukan.

Berikutnya, aku mengalihkan fokusku kepada kebiasaan baru lainnya, yaitu membuat konten video YouTube dan TikTok setiap hari Sabtu dan Minggu. Kali ini, aku membutuhkan waktu 3 bulan untuk menjadikan kebiasaan membuat konten di akhir pekan sebagai bagian dari gaya hidupku.

Setelah itu, aku beralih lagi ke perilaku baru lainnya yang ingin aku bentuk. Begitu seterusnya.

ALASAN 2: Kita memulai proses dengan membangun kebiasaan yang besar

Lagi-lagi, aku akan memulai bagian ini dengan bertanya. Apakah kalian pernah merasa kesulitan untuk membuat perubahan karena merasa proses yang harus dilalui sangatlah sulit?

Ada salah satu kutipan favoritku dari Leo Babauta, yang mengatakan:

Make it so easy that you can’t say no!

Menurutku, bagian tersulit dari membangun sebuah kebiasaan adalah memulai. Apakah kamu setuju dengan hal ini?

Kesannya, kita selalu butuh motivasi yang sangat tinggi untuk pergi ke tempat gym setelah lelah bekerja seharian. Tetapi sadarkah kamu, bahwa setelah kita benar-benar memulai sesi latihan, kita tidak membutuhkan terlalu banyak tekad untuk menyelesaikannya.

Dari hal ini, aku belajar bahwa untuk membentuk perilaku atau karakter baru dalam diri kita, hal utama yang bisa kita lakukan adalah memulai dengan kebiasaan yang sangat sederhana. Kebiasaan-kebiasaan yang kelihatan mudah dan masuk akal untuk kita eksekusi setiap hari.

Contoh sederhana, jika kamu ingin terbiasa membaca buku, maka mulailah dengan membaca 1 sampai 2 halaman saja setiap harinya. Jika kamu ingin rutin melakukan 100 sit-ups setiap hari, mulailah dari angka 10.

ALASAN 3: Kita fokus kepada hasil, bukan kebiasaan

Jika berbicara soal resolusi tahunan, kita pasti sangat familiar dengan hasil akhir. Apa yang ingin kita capai dalam beberapa bulan ke depan? Berapa banyak uang yang ingin kita miliki? Berapa banyak buku yang ingin kita baca?

Seakan-akan sudah kodrat manusia untuk lebih menaruh perhatian pada hasil. Kita berharap perilaku baru kita bisa membawa kita kepada tujuan akhir yang menurut kita membanggakan.

Namun ternyata, tujuan baru yang kita tulis dalam agenda tahunan tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang baru. Bahkan, itu tidak akan membawa kita melangkah lebih jauh.

Ini terdengar gila, tapi inilah kenyataannya. Mari bangun kesadaran diri bahwa gaya hidup baru yang mampu membantu kita berproses menjadi seseorang yang lebih baik.

Gaya hidup bukanlah hasil akhir, melainkan perjalanan panjang yang harus dilalui.

Dengan begitu, kamu harus mengerahkan semua pikiran dan energimu untuk membentuk kebiasaan yang lebih baik. Jangan hanya memandang hasil.

Lakukanlah dengan sabar dan konsisten, sehingga pada akhirnya kamu mampu melakukan kebiasaan baru itu secara otomatis. Kamu bahkan tidak akan lagi membutuhkan banyak niat untuk bisa menggarapnya.

If you want a new habit, fall in love with a new ritual! - James Clear

ALASAN 4: Kita tidak mengubah lingkungan sekitar

Yuk coba bersama-sama berpikir dan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini.

  • Mungkinkah seseorang bisa makan makanan bernutrisi tinggi setiap saat jika di kamarnya terdapat sebuah lemari penyimpanan makanan ringan?

  • Mungkinkah seseorang bisa selalu memikirkan hal-hal positif jika teman-teman di sekelilingnya selalu memperkatakan dan melakukan hal-hal buruk?

  • Mungkinkah seseorang dapat menaruh perhatian penuh pada sebuah tugas atau pekerjaan jika handphone-nya banjir notifikasi?

Jawabannya adalah tentu saja bisa. Namun, hampir tidak mungkin.

Sangatlah penting bagi kita untuk menyadari bahwa sikap dan perilaku kita seringkali merupakan tanggapan kecil terhadap lingkungan sekitar. Lebih lagi, ada kemungkinan bahwa gaya hidup yang kita terapkan saat ini merupakan produk dari lingkungan tempat kita berada setiap hari dari waktu ke waktu.

Rancanglah lingkunganmu sedemikian rupa agar kebiasaan baru yang ditargetkan tercapai. Baik itu lingkungan yang terlihat secara kasat mata, atau lingkungan digital.

Maksud dari lingkungan digital adalah suara nyaring ponselmu saat menerima notifikasi, aplikasi-aplikasi yang tidak terlalu relevan dan dibutuhkan, media sosial yang memberikan terlalu banyak informasi, dan sebagainya.

If your environment doesn’t change, you probably won’t change either. - James Clear

ALASAN 5: Kita berpikir bahwa perubahan kecil itu tidak ada artinya

Aku akan menyodorkan pertanyaan lain yang bisa memicu kamu untuk berpikir lebih dalam. Apakah kamu sering merasa bahwa jika kamu ingin mencapai sebuah target yang besar, maka kamu juga harus melakukan usaha yang besar pula?

Jika iya, tidak masalah. Aku juga sering merasakan hal yang sama. Sekali kita gagal menuntaskan usaha itu, kita akan tenggelam dalam kesedihan dan berlarut-larut dalam penyesalan.

Namun, ini saatnya kita belajar. Pada kenyataannya, hampir semua kebiasaan yang kita punya hari ini, baik itu yang baik atau tidak, merupakan hasil dari banyak pilihan kecil yang kita buat di masa lalu.

Pola-pola sederhana yang kita ulang terus-menerus telah mengarahkan kita kepada hasil yang signifikan. Pola ini sangat kecil, bahkan kita seringkali tidak menyadarinya.

Maksudku adalah, jangan remehkan tindakan yang kesannya kecil atau sederhana. Kita bisa memulai dengan sesuatu yang simpel, tapi bisa kita pertahankan selamanya.

Behavior first, results later!

💡 MOTIVATION OF THE DAY

Proses yang kita lalui hari demi hari tidaklah mudah. Pasti ada waktunya kita gagal, tapi ada juga waktu di mana kita berhasil.

Ingatlah bahwa kegagalan yang kamu lakukan di suatu waktu tidak berarti kamu adalah orang yang gagal selamanya, yang tidak bisa mencapai apa yang kamu harapkan.

Lawan perasaan negatif yang ada dalam dirimu dan bangkit! Kesabaran, konsistensi, dan kegigihan akan membawamu kepada tujuan.

Previous
Previous

Improve Your Focus with Music

Next
Next

7 Langkah Persiapan Kuliah Arsitektur