5 Cara Taklukkan Perfeksionisme

Seseorang yang perfeksionis dikenal sebagai pribadi yang teliti akan hal-hal kecil dan selalu memastikan bahwa hasil pekerjaannya adalah yang terbaik. Namun, jika karakter tersebut berlebihan, seseorang malah akan mendapatkan beban yang cukup berat.

Segala tuntutan dan ekspektasi yang dibuat oleh diri sendiri akan mengakibatkan seseorang selalu ingin menjadi sempurna, menghasilkan pekerjaan yang tak bercela, dan cenderung mudah menyerah saat mengalami kegagalan.

Sifat perfeksionisme juga bisa memberikan kecemasan berlebih dan akhirnya mengganggu kesehatan mental seseorang. Apakah kamu adalah salah satu orang yang perfeksionis?

Photo by Gift Habeshaw on Unsplash

Secara psikologis, perfeksionisme terbagi menjadi dua kategori, yaitu perfeksionis adaptif dan perfeksionis maladaptif.

Perfeksionis Adaptif

“Aku akan berhenti bekerja sampai aku menemukan formula baru untuk menyelesaikan masalah sulit ini”

Sifat perfeksionis yang adaptif didasarkan pada standar seseorang yang tinggi, baik itu standar untuk diri sendiri maupun orang lain. Mereka mengejar target yang diinginkan tanpa kompromi.

Orang yang perfeksionis adaptif cenderung gigih dalam menghadapi kesulitan dan tidak bereaksi secara berlebihan saat tidak semua tujuannya tercapai. Mereka juga lebih berfokus pada hal-hal positif yang bisa mereka lakukan dengan sebaik mungkin.

Perfeksionis Maladaptif

“Jika terdapat beberapa typo dan kesalahan tata bahasa dalam tulisanku, bumi akan terbelah menjadi dua”

Sebaliknya, orang yang perfeksionis maladaptif cenderung terlalu sibuk memikirkan kesalahan yang mereka lakukan sebelumnya. Mereka memiliki ketakutan yang luar biasa untuk melakukan kesalahan baru.

Sifat ini membuat seseorang terlalu memikirkan harapan orang lain terhadapnya dan takut terhadap penolakan. Mereka juga memiliki banyak keraguan akan apa yang mereka kerjakan, sehingga seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Photo by Nubelson Fernandes on Unsplash

Perfeksionisme memiliki beberapa efek buruk, seperti:

  • Seseorang akan cenderung menunda-nunda pekerjaan karena selalu ingin menyelesaikannya dengan sempurna.

  • Seseorang akan melakukan terlalu banyak revisi dalam pekerjaan dan akhirnya tidak pernah benar-benar mempublikasikan karyanya.

  • Seseorang akan memiliki keterampilan yang terhambat karena tidak membiarkan diri melakukan kesalahan, di mana kesalahan adalah bagian penting dalam proses pembelajaran.

  • Seseorang akan terus merasa cemas dan stres karena berpegang teguh pada cita-cita yang tidak realistis.

  • Seseorang akan menghabiskan waktunya untuk memikirkan apa yang akan orang lain katakan tentangnya dan pekerjaannya.

Jadi, bagaimana caranya mengatasi perfeksionisme?

#1 Terima ketidaksempurnaan

Tentu saja, langkah yang paling pertama dan terutama adalah menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Ini tidak mudah. Apa yang kita lihat di media sosial seringkali merupakan hal-hal yang sudah dipoles dengan baik. Teman-teman dan saudara kita menunjukkan versi terbaik mereka. Karya yang indah, barang yang mewah, pasangan yang ideal, dan lain sebagainya.

Walaupun begitu, kita juga harus ingat bahwa di balik semua itu, mereka juga telah melalui berbagai macam kegagalan dalam proses yang mereka lalui. Tentu saja, mereka tidak akan menunjukkan kegagalan-kegagalan tersebut di media sosial.

Photo by CHUTTERSNAP on Unsplash

Kita semua tidak akan pernah berhasil tanpa membuat kesalahan sedikit pun. Terima kekuranganmu dan nikmati kegagalanmu. Sadarlah bahwa kamu memang pasti akan membuat kesalahan dan kamu butuh waktu untuk belajar menjadi lebih baik.

Kamu pasti ingat masa kecilmu, di mana kamu belajar mengendarai sepeda. Mungkin awalnya kamu menggunakan sepeda roda empat, lalu seiring dengan berjalannya waktu kamu menggunakan sepeda roda tiga sampai akhirnya kamu bisa mengendarai sepeda roda dua dengan lancar. Selama prosesnya, kamu juga pasti pernah jatuh, bahkan mungkin sampai mengalami luka.

Hal sederhana seperti naik sepeda saja membutuhkan waktu. Bagaimana dengan hal yang lebih kompleks seperti menulis laporan atau berpidato di depan banyak orang? Bagaimana dengan pekerjaan-pekerjaanmu sekarang dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi?

#2 Mulai saja dan biarkan pekerjaan menjadi berantakan

Jangan khawatir akan keadaan pekerjaanmu di tahap awal. Buat saja dulu sebaik mungkin, lalu lakukan perbaikan. Kamu bisa meminta masukan yang membangun dari orang lain dan menjadikan masukan tersebut sebagai alat untuk memperbaiki pekerjaan, bukan untuk mengolok-olok diri sendiri.

Ketika kamu menerima pekerjaanmu yang sementara waktu masih berantakan, juga saran dari orang lain, kamu akan mampu menuntaskan pekerjaanmu dengan baik. Percayalah!

#3 Bekerja dengan tenggat waktu (deadline)

Di bagian sebelumnya, telah diberikan beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh perfeksionisme. Salah satunya adalah seseorang akan melakukan terlalu banyak revisi atau perbaikan dalam pekerjaan dan akhirnya tidak pernah benar-benar mempublikasikan karyanya.

Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash

Untuk mengatasi hal ini, kamu perlu membuat tenggat waktu. Misalnya kamu ingin mengunggah video ke akun YouTube satu minggu sekali. Lakukan hal tersebut tanpa perkecualian. Terlepas dari segala asumsimu tentang bagaimana buruknya video tersebut, tetaplah unggah karyamu!

Menetapkan deadline dan memaksakan diri untuk menyelesaikan serta memperlihatkan pekerjaanmu akan membantu mengatasi sifat perfeksionisme yang kamu miliki.

#4 Fokus pada perubahan kecil

Jika kamu berhasil meningkatkan kualitas pekerjaanmu sebanyak satu persen setiap harinya, kamu akan kaget ketika menyadari kemajuanmu secara keseluruhan di masa yang akan datang. Jangan berfokus pada percobaan pertama yang mungkin memiliki banyak kekurangan.

Ingatlah bahwa keterampilan dan pengetahuan akan terbentuk melalui pengulangan yang tak terhitung jumlahnya, bukan melalui sebuah eksekusi yang sempurna pada percobaan pertama.

Jadi, jangan menyerah jika kamu merasa pekerjaan yang kamu hasilkan belum sesuai dengan harapan. Teruslah mencoba dan perbaiki bagian-bagian yang masih kurang.

#5 Jadikan pengaruh dari luar sebagai inspirasi, bukan tolak ukur

Seorang pemula tidak seharusnya membandingkan pekerjaan mereka dengan pekerjaan seseorang yang sudah asli. Misalnya, kamu ingin mulai mengaktifkan akun YouTube dan kamu akan mengunggah video pertamamu besok.

Setelah video tersebut berhasil tayang, jangan bandingkan dengan video orang lain yang ke-100. Itu bukanlah perbandingan yang adil!

Don’t compare your beginning to someone else’s middle!

Satu-satunya hal yang bisa kamu pakai sebagai tolak ukur terhadap pekerjaanmu adalah pekerjaanmu sebelumnya. Hal-hal yang dikerjakan oleh orang lain seharusnya hanya menjadi pengaruh positif dan motivasi untuk kamu memperbaiki pekerjaanmu.

Don’t aim for perfection, aim for ‘better than yesterday’!

Lebih lagi, jangan biarkan kamu menilai diri berdasarkan standar orang lain.

YOU CAN!

Photo by Japheth Mast on Unsplash

Itulah 5 hal yang bisa kamu latih untuk menaklukkan perfeksionisme. Melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan itu perlu, namun sangatlah penting untuk bisa berkompromi dengan diri sendiri dan menerima kenyataan bahwa kamu tidak sempurna. Jadikan kegagalan sebagai pelajaran di mana kamu bisa menelaah dan memperbaiki kekurangan. Dengan begitu, kamu akan lebih menikmati hidup dan menjadi seseorang yang bahagia.

Previous
Previous

5 Book Recommendations for the 20s

Next
Next

Your Guide to Choosing A Major